Ini
adalah sebenarnya kisah. Meski telihat semacam fiktif, tapi percayalah, ini ada
dan benar-benar terjadi. Adalah seorang teman yang sangat ingin membahagiakan
istrinya. Karena sejak menikah , ia belum pernah mengajak istrinya berbulan
madu. Hingga suatu ketika ia mendapati iklan di sebuah koran harian.
Sebuah
maskapai penerbangan yang menawarkan tiket keberangkatan Jakarta-Bali hanya
sebesar Rp 2000,- saja. Yes! Ini adalah kesempatannya untuk mengajak istri ke
Bali dengan modal cekak.
“Daripada
harus jalan-jalan di mal, toh bayar parkirnya juga Rp 2000,- juga, mendingan ke
Bali sekalian,” begitu pikirnya.
Pikirannya
segera melayang ke pualau dewata itu. Ia membayangkan ke sana bersama istrinya
yang baru ia nikahi beberapa bulan itu. Ia sudah menyiapkan episode kemesraan
bersama istrinya saat berjalan-jalan di pantai Kuta. Dan tentunya ia juga ingin
sekali melihat bule-bule telanjang yang berjemur di sana.
Maka,
tanpa berpikir panjang teleponlah ia ke call
center maskapai ini.
“Mbak,
ini benar, ke Bali Cuma Rp 2000,-?”
“Benar,pak.
Bapak mau rencana ke Bali?” sang petugas balik bertanya.
“Benar,
Mba. Untuk dua orang ya.”
“Baik,Pak.
Rencana berangkat kapan, Pak?” Kembali petugas ini bertanya.
“Besok
minggu.” Jawab si teman singkat.
“Baik,
sebentar saya cek ya, Pak.”
Hingga
episode ini, ia semakin berdebar saja menunggu petuga mengecek kursi
keberangkatan.
Sesaat
kemudian.
“Terimakasih
telah menunggu, Pak. Tapi mohon maaf, untuk keberangkatan hari minggu depan ini
sudah penuh ,Pak”
“Waduh,
sudah penuh ya?”
“Betul,
Pak. Mau coba di hari lain barangkali, Pak?” Lanjut petugas menawarkan.
“Wah,
saya bisanya cuma di hari libur, Mba. Coba cek hari minggu depannya lagi.
Bisa?”
“Oh,
baik, Pak.”
Sesaat
kemudian terdengar suara petugas dari ujung telepon,
“Terimakasih
telah menunggu, Pak. Maaf, Pak, untuk keberangkatan hari minggu depan juga
sudah penuh ,Pak.”
“Waduh!
Laku banget kalau begitu ya?” jawab teman ini sedikit kecewa.
“Begitulah, Pak.”
“E...
kalau begitu, tolong Mba carikan lagi di tanggal merah yang masih ada kursi
kosongnya. Yang penting hari libur! ” kata teman ini pantang menyerah.
Sejenak
akemudian,
“Terimakasih
telah menunggu, Pak. Untuk kursi yang kosong ada di tanggal 5, Pak. Tapi
tinggal dua saja. Bagaimana,Pak?”
“Ok.
Saya ambil dua!” Jawabnya setengah berteriak.
* * *
Maka
di hari yang telah ditunggu itu, dengan bekal yang sangat banyak dan dikemas
dalam beberapa tas besar, sang teman ini berangkat ke bandara bersama istri. Namun
ia heran setelah chek-in dan tiket ia
terima, ternyata tiket mereka ini tidak ada nomor kursinya.
“Ma,
hari ini kita mengetahui sesuatu yang baru,” katanya kepada istri.
“Sesuatu
yang baru apa, Pa?” istrinya balik bertanya.
“Ternyata
tiket yang harganya dua ribu itu nggak pakai nomor kursi ya?” katanya.
“Iya
ya, Pa. Ini pesawat apa metro mini ya?” istrinya ber-retorika.
“Mbuh lah.. yang penting ke Bali!”
Dan
benar saja, begitu masuk pesawat seluruh penumpang berebut kursi. Kekacauan pun
terjadi, pramugari pun dibuat tak berkutik. Seluruh penumpang riuh rendah
bergemuruh berebut kursi. Beruntung teman saya ini bisa duduk berdampingan
dengan sang istri.
Sejenak
kemudian kembali ia bawa angan-angannya ke pulau Bali dengan segenap keindahan
pantai Kuta-nya. Dan lagi-lagi, yang berkelindan dalam otaknya adalah bule-bule
yang berjemur sambil bertelanjang itu. Betapa beribu cerita dan aktivitas telah
ia siapkan begitu sampai di sana.
Namun
ceritu selanjutnya ternyata jauh dari skenarionya.
Pesawat
mendarat di Bali sudah jam 8 malam. Keindahan Kuta yang selama ini ia
bayangkan, tak bisa sepenuhnya ia nikmati. Karena serba gelap.
“Balik
ke hotel saja, yu, Pa. Besok ke sini lagi. Pemandangannya pasti lebih indah.
Pagi sampai siang kita puas-puasin deh. Sorenya, baru kita balik ke Jakarta,”
hibur istrinya.
Kembalilah
mereka ke hotel dengan membungkus kekecewaan malam itu, sekaligus mengumpulkan
bekal kebahagiaan esok hari.
Malam
itu mereka mengumpulkan segenap bayangan keindahan Bali di siang hari.
Hingga
esok pun tiba....
“Ma,
ayo kita keluar hotel? Jalan-jalan kita! Mumpung hari sedang cerah!” Ujar sang
teman ini bersemangat.
“Yap!
Siap!” sahut istrinya tak kalah semangat.
Di
sekitar pukul enam pagi itu, udara segar sekali menyapa mereka saat mereka membuka
kamar hotel.
Namun
begitu mereka sampai di lobby hotel, pemandangan kurang biasa mereka lihat.
Seluruh lampu di lobby itu dipadamkan padahal tidak ada pemadaman listrik.
Namun
sebelum teman saya dan istrinya ini menemukan jawaban tentang lampu-lampu yang
padam itu, tepat sesaat mereka menuju pintu utama hotel untuk keluar, tiba-tiba
terdengarlah pengumuman dari speaker
hotel yang terdengar seantero hotel. Begini kira-kira bunyi pengumuman itu:
“KEPADA SELURUH PENGHUNI HOTEL, TANPA KECUALI, DIHARAPKAN KEMBALI KE KAMAR MASING-MASING DAN BERAKTIVITASLAH DI DALAM KAMAR SAJA. KARENA INI ADALAH HARI BESAR NYEPI !”
* * *